Langsung ke konten utama

Pengalaman Gempa di Sekolah

Selasa, 23 Februari 2018

Sebuah gempa terjadi di ibukota nusantara tercintah kita, titik gempa berpusat di Lebak, Banten dengan kekuatan ±6,5 SR dengan kedalaman 10 km di bawah permukaan air laut, beruntungnya tidak ada potensi terjadinya tsunami.

Tepat satu hari setelah kejadian gempa itu berlangsung, saya mempublish tulisan ini di sini. Apa esensinya? Melaksanakan kewajiban seorang pelajar untuk membuat tugas, kalau bukan karena literasi di sekolah saya yang menugaskan mungkin tulisan ini tidak akan pernah saya buat.

Intinya tuh…
Jadi gini yaaa, kemarin tepat setelah waktu sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolah selesai, bel masuk pun berbunyi memanggil para siswa untuk kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Saya dan teman sekelas yang udah selesai langsung bergegas menaiki tangga satu per satu untuk mencapai kelas kami yang terletak di lantai 4. Tak lama setelah kami memasuki ruang kelas, dari kejauhan mata memandang dan menembus jendela terlihat sesosok bapak pengajar matematika minat sedang berjalan melangkahkan kedua tungkainya hingga berpijak di lantai kelas. Pukul 1 siang hampir mendekati setengah 2 siang, sekitar 45 menit-an berlalu pak Kuspi menjelaskan materi tentang vektor di kelas saya, setelah itu ia memberikan tugas kepada murid-murid di kelas saya, tugas tentang koordinat 3 dimensi. Saya pun mengerjakan itu dengan berdiskusi sama beberapa teman yang menghampiri meja saya yang terletak di barisan terbelakang dan hampir ke pojok, sambil berbincang-bincang ringan yang menyebabkan kerecehan di siang hari itu. Pada awal-awal mengerjakan bersama kondisi masih terlihat normal sambil bercanda-canda, hingga teman saya yang duduk berjarak 2 meja dari samping kiri saya nyeletuk,
“kok geter-geter yaa?”.
Kala itu ia mengira kalau geter-geter itu ulah jail temen saya yang berjongkok di dekatnya, dan tak lama setelah ia selesai berbicara, saya dan teman se-perecehan yang duduk tepat di samping saya buka mulut bersamaan,
“eh iyaa kaki gue geter-geter.”


Dan yeay…
Wkwkwk…
Satu kelas merasakan getaran cinta tersebut yang dibuat oleh pergerakan lempeng bumi 
Akhir yang penuh dengan kebolotan, sumpah yaa saya kira itu outdoor ac yang biasanya klo dddrrrttt dddrrrrtttt kenceng kan suka nyamber gitu ke dinding atau lantai tapi ternyata yang kali ini bukan, terus satu lagi, kalau misalkan ada award buat orang-orang dengan kepekaan yang rendah, kelas saya sangat-sangat cocok untuk mendapatkan penghargaan ini, kenapa? Karena satu-satunya kelas dengan murid-murid yang baru keluar dari sangkar di saat itu ketika semua warga sekolah udah berkumpul di lapangan dengan membawa tas mereka masing-masing.
Setelah saya dan teman-teman satu kelas membereskan tas lalu membawanya menuruni anak tangga untuk kelapangan hingga keadaan mereda kembali, btw itu reda sekitar jam 2-an, kan tanggung yaa sedikit lagi pulang *sejam lagi sih sebenarnya, tapi sekolah saya mah anti pulang-pulang club walau gempa udah mengguncang :v.

OKE SEKIAN CERITA PENGALAMAN  SAYA KETIKA SMA SAAT TERJADI GEMPA.
DAAAA……

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A-B-C-D

Halohaa Asli ini gatau mau nulis apaaa,,, Yaudah ini ajaa Jadi hari ini selasa, 2 Oktober 2018 SMAN 68 Jakarta ikut memperingati hari batik nasional dengan menggunakan batik bebas sebagai seragam sekolah khusus untuk hari ini. Entah kenapa rasanya ada yang beda, ada rasa bangga tersendiri dengan memakai batik seperti ini ke sekolah. Bukan, bukan karena ukuran, motif, atau pun yang sebagainya. Itu hanya berkaitan dengan rasa bangga karena diizinkan memakai batik bebas. Kenapa? Biasanya batik bebas cuma dipakai ketika acara-acara kayak kondangan, sisanya baju batik itu cuma memenuhi lemari serta pajangan ehehe. Makanya kadang kalau lihat baju batik di lemari terbesit Ehehe udah sih gitu ajaa yaa Paipai.

UI

Kenapa UI judulnya? Bacanya U-I not you-ai hehe.  Jadi i mau share pengalaman ngubek-ngubek university of indonesia yg tepatnya ada di Depok. If you wont stuck in traffic light when u go there, u can go with commuter line and it's only 3.5K rupiah. Sekitar 45 menit kalau dari st cikini sampai di st universitas indonesia. Mending kalau mau ke sana pagi-pagi biar puas jalan ke sana sini nya plus menghindari macet kalau naik kendaraan pribadi dan menghindari berdesakan kalau naik kereta.  Waktu itu pas akhir kelas 10, some of my buddies and i went to Depok. Tujuan awalnya sih ke rumah ada salah satu dari kita. Karena rumahnya deket banget sama UI jadinya sekalian mampir ke dan ngebedah kampus itu. Dari semua perjalanan yang paling seru itu sore-sore menjelang matahari terbenam yg dipandang dari lantai 4 perpusat ke arah danau. Goldenhour wkwk.